Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Strategi Dakwah Rasulullah saw Di Mekkah

Strategi Dakwah Rasulullah saw Di Mekkah. 
Dalam mendakwahkan ajaran-ajaran islam yang sangat fundamental dan universal, Rasulullah saw tidak serta-merta melakukannya dengan tergesa-gesa. 

Ia mengerti benar bagaimana kondisi masyarakat Arab saat itu yang bergelimang dengan kemaksiatan dan praktik-praktik kemungkaran. Mengubah pola pikir dan kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat bangsa Arab khususnya kaum Quraisy bukanlah perkara mudah. 

Ada 2 tahapan yang dilakukan Rasulullah saw. Dalam menjalankan misi dakwah tersebut, yaitu dakwah secara sembunyi-sembunyi yang hanya terbatas dikalangan keluarga dan sahabat terdekat dan dakwah secara terang-terangan kepada khalayak ramai.

1. Dakwah secara diam-diam/rahasia (Al-Da'wah bi Al-Sirr). 


Agar tidak menimbulkan keresahan dan kekacauan di kalangan masyarakat Quraisy, Rasulullah saw memulai dakwahnya secara sembunyi-sembunyi (Al-Da'wah bi Al-Sirr). 

Hal tersebut dilakukan mengingat kerasnya watak suku Quraisy dan keteguhan mereka berpegang pada keyakinan dan penyembahan berhala. Pada tahap ini, Rasulullah saw memfokuskan dakwah islam hanya kepada orang-orang terdekat, yaitu keluarga dan para sahabatnya. Rumah Rasulullah saw (Darul Arqam) dijadikan sebagai pusat.

Kegiatan dakwah ditempat itulah, ia menyampaikan risalah-risalah tauhid dan ajaran islam lainnya yang diwahyukan Allah swt kepadannya. Rasulullah saw secara langsung menyampaikan dan memberikan penjelasan tentang ajaran Islam dan mengajak pengikutnya untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka, yaitu dari penyembahan berhala menuju penyembahan kepada Allah swt.

Karena sifat dan pribadinya yang sangat terpecaya dan terjaga dari hal-hal tercela, tanpa ragu para pengikutnya baik dari kalangan keluarga maupun para sahabat menyatakan ketauhidan dan keislaman mereka dihadapan Rasulullah saw.

Orang yang pertama (as-sabiqunal awwalun) yang mengakui kerasulan Nabi Muhammad saw dan menyatakan keislamannya adalah Siti Khadijah (istri), Ali bin Abi Thalib (adik sepupu), Zaid bin Harisah (pembantu yang diangkat menjadi anak), dan Abu Bakar Ash Siddiq (sahabat).

Selanjutnya secara perlahan tapi pasti, pengikut Rasulullah saw semakin bertambah. Diantara mereka Utsman bin Affan, Zubai bin Awwam, Said bin Abi Waqas, Abdurrahman bin 'Auf, Taha bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Fatimah bin Khattab dan suaminya Said bin Zaid Al-Adawi, Arqam bin Abil Arqam, dan beberapa orang lainnya yang berasal dari suku Quraisy.

Bagaimana ajaran agama Islam bisa diterima dan dianut oleh mereka yang sebelumnya terbiasa dengan adat-istiadat masyarakat Arab yang begitu mengakar kuat? Bagaimana mereka meyakini agama baru yang dibawa oleh Rasulullah saw sebagai agama yang paling benar dan sempurna kemudian menjadi pemeluknya?

1. Pribadi Rasulullah saw yang begitu terluhur dan agung. Tidak pernah ia melakukan hal-hal yang tercela dan hina. Ia adalah pribadi yang sangat jujur dan amanah (Al-Amin), sabar, bijaksana, dan lemah-lembut dalam menyampaikan ajakan serta ajaran Islam.

2. Ajaran Islam yang rasional, logis, dan universal, memberikan hak yang sama, keadilan, dan kepastian hidup setelah mati.

3. Menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya, yaitu ajaran-ajaran yang dibawa oleh para Rasul terdahulu berupa penyembahan terhadap Allah swt. Berbuat baik terhadap sesama, menjaga kerukunan, dan larangan perbuatan tercela seperti membunuh, berzina dan lain sebagainya.

4. Kesadaran akan tradisi dan kebiasaan-kebiasaan lama yang begitu jauh dari nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan.

Berdakwah secara diam-diam atau rahasia ini dilaksanakan Rasulullah saw. selama lebih kurang 3 tahun. Setelah memperoleh pengikut dan dukungan dari keluarga dan para sahabat, selanjutnya Rasulullah saw mengatur strategi dan rencana agar ajaran Islam dapat diajarkan dan disebarluaskan secara terbuka.

2. Dakwah Secara Terang-terangan (al-da'wah bi al-jahr).



Dakwah secara terang-terangan (al-da'wah bi al-jahr) dimulai ketika Rasulullah saw menyeru kepada orang-orang Mekkah. Ia berdiri di atas sebuah bukit dan berteriak dengan suara lantang memanggil mereka. beberapa keluarga Quraisy menyambut seruannya.

Kemudian, ia berpaling kepada sekumpulan orang sambil berkata, "Wahai orang-orang! Akankah kalian percaya jika saya katakan bahwa musuh Anda sekalian telah bersiaga di sebalah bukit (Safa) ini dan berniat menyerang nyawa dan harta kalian? "Mereka menjawab, "kami tak mendengar Anda berbohong sepanjang hayat kami." lalu ia berkata, "Wahai bangsa Quraisy! Selamatkanlah dirimu dari neraka.

Saya tak dapat menolong Anda sekalian akan siksaan yang pedih! "Ia menambahkan, "Kedudukan saya seperti penjaga, yang mengamati musuh dari jauh dan segera berlari kepada kaumnya untuk menyelamatkan dan memperingatkan mereka tentang bahaya yang akan datang".

Seiring dengan itu, turun pula wahyu Allah swt agar Rasulullah saw melakukannya secara terang-terangan dan terbuka. Mengenal hal tersebut, Allah swt berfirman dalam (Qs. Al-Hijr : 94).

"Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik." (Qs. Al-Hijr : 94).

Bedasarkan ayat-ayat diatas, Rasulullah saw yakin bahwa sudah saatnya ia dan para pengikutnya untuk menyebarluaskan ajaran agama Islam secara terbukan dan terang-terangan.

Dengan dukungan istrinya Siti Khadijah, paman yang setia membelanya yaitu Abu Talib, serta para sahabat dan pengikutnya yang setia ditambah pula dengan keyakinan bahwa Allah swt selalu menyertai, dimulailah dakwah suci ini.

Pertama-tama dakwah dilakukan kepada sanak keluarga, kemudian kepada kaumnya, dan penduduk kota Mekkah yang saat itu penyembahan berhala begitu kuat.

Dari kalangan keluarga, ia mengajak paman-pamannya termasuk Abu Lahab dan Abu Jahal yang terkenal sangat menentang dakwah Rasul. Mereka menolak mentah-mentah ajakan Rasulullah saw seraya mengatakan bahwa agama merekalah yang paling benar.

Penolakan yang disertai ejekan, cemohan, dan hinaan bahkan ancaman tersebut tidak lantas membuat Rasulullah saw berputus asa dan berhenti melakukan dakwah. Justru beliau makin bertentang untuk terus menerus mengajak masyarakat memeluk agama tauhid.

Melihat kenyataan tersebut, Abu lahab, Abu Sufyan, dan kalangan bangsawan serta pemuka Quraisy lainnya, meminta para penyair-penyair Quraisy untuk mengolok-olok dan mengejek Nabi Muhammad saw.

Selain itu, mereka juga menuntut Muhammad untuk menampilkan mukjizatnya seperti apa yang ditampilkan Musa as dan Isa as. Seperti menjadikan bukit Safa dan Marwah berubah menjadi bukit emas, menghidupkan orang yang sudah mati, menghalau bukit-bukit yang mengelilingi Mekkah, memancarkan mata air yang lebih baik dari zamzam, Tidak sampai disitu, bahkan mereka mengolok-olok Nabi dengan menyatakan mengapa Allah swt tidak menurunkan wahyu tentang harga barang-barang dagangan agar mereka dapat berspekulasi.

Semua cemoohan, ejekan, dan ancaman yang ditujukan kepada Rasulullah saw dan para pengikutnya makin melecut semangat Rasululah dengan terus menerus bertambahnya jumlah pengikutnya. Pelan tapi pasti, pengaruh Rasulullah saw dan ajaran Islam semakin diterima oleh masyarakat Mekkah yang telah muak dengan praktik-praktik kotor jahiliah.

Kenyataan ini mendorong para pemuka Quraisy datang kembali kepada Abu Thalib, paman yang selalu membela Rasul. Mereka membawa seorang pemuda yang gagah yang bernama Umarah bin al-Walid bin Al-Mugirah untuk ditukarkan dengan Nabi Muhammad saw. Abu Talib dengan tegas menolak tawaran tersebut.

Untuk yang ketiga kalinya, para pembesar Quraisy datang kepada Abu Thalib.
Mereka berkata, "Wahai Abu Thalib, Anda orang yang terhormat dan terpandang di kalangan kami, kami telah meminta anda untuk menghentikan kemenakanmu, tetapi anda tidak juga memenuhi tuntutan kami! Kami tidak akan tinggal diam menghadapi orang yang memaki nenek moyang kami, tidak menghormati harapan-harapan kami, dan mencaci-maki berhala-berhala kami. Sebaiknya anda sendirilah yang menghentikan kemenakan anda, atau jika tidak, kami akan lawan hingga salah satu pihak binasa."

Sejak saat itu orang-orang Quraisy mencaci-maki dan menyiksa kaum muslimin tidak terkecuali Nabi sendiri. Peristiwa yang paling terkenal adalah penyiksaan Bilal (seorang budak dari Abisinia). Ia dipaksa untuk melepaskan agama, dicambuk, dicampakkan di padang pasir, dan dadanya ditindih dengan batu yang lebih besar dari badannya.

Dalam siksaan semacam itu, Bilal tetap teguh dengan keyakinannya; mulutnya terus mengucapkan Ahad, Ahad,...(Allah Maha Esa, Allah Maha Esa). Bilal terus menerus mengalami siksaan hingga ia dibeli oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Sebagai orang kaya, Abu Bakar banyak sekali memerdekakan budak di antaranya adalah budak perempuan Umar bin Khattab.

Meskipun Nabi Muhammad saw telah mendapat perlindungan dari Bani Hasyim dan Bani Muthalib, ia masih juga mengalami penyiksaan. Ummu Jamil, istri Abu Lahab, melemparkan najis ke depan rumahnya.

Demikian juga Abu Jahal yang melemparkan isi perut kambing kepada Nabi Muhammad saw. ketika ia sedang shalat, dan para pengikutnya berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Kian hari kian keji siksaan yang mereka terima. Namun demikian, Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya tetap tabah dan terus memelihara dan meningkatkan keyakinan dan keimanan mereka.

Demikianlah setiap hari jumlah pengikut Nabi Muhammad saw terus bertambah. Kenyataan ini menyesakkan dada kaum Quraisy. Oleh karena itu, mereka mengutus Utbah bin Rabi'ah untuk bertemu dengan nabi Muhammad saw.

Dalam pertemuannya dengan Nabi Muhammad saw, ia mengatakan, "Wahai Anakku, dari segi keturunan engkau mempunyai tempat (bermartabat) di kalangan kami, kini engkau membawa perkara besar yang menyebabkan kaum Quraisy terpecah belah.

Kini dengarkanlah, kami akan menawarkan beberapa hal. Kalau engkau menginginkan harta, kami siap mengumpulkan harta kami sehingga engkau menjadi yang terkaya di antara kami. Jika engkau menginginkan pangkat dan jabatan, kami akan angkat engkau menjadi pemimpin kami; kami tak akan memutus suatu perkara tanpa persetujuanmu. Kalau kedudukan raja yang engkau cari, kami akan nobatkan engkau menjadi raja, jika engkau mengidap penyakit syaraf yang tidak dapat engkau sembuhkan, akan kami usahakan penyembuhannya dengan biaya yang kami tanggung sendiri hingga engkau sembuh".

Mendengar tawaran itu, Nabi Muhammad saw membacakan surat (As-Sajdah) kepada Utbah. Ia terdiam dan tertegun insaf bahwa ia berhadapan dengan seseorang yang tidak gila harta, tidak berambisi pada kekuasaan, dan bukan pula orang yang gila.

Utbah kembali kepada Quraisy dan menceritakan pengalamannya ketika bertemu dengan Nabi Muhammad saw, serta menyarankan agar mereka membiarkan Nabi Muhammad saw berhubungan secara bebas dengan semua orang Arab. Usul Utbah tentu tidak dapat mereka terima, sebab mereka belum merasa puas jika belum mengalahkan Nabi Muhammad saw, karena itu, mereka meningkatkan penyiksaan baik kepada Nabi Muhammad saw, maupun kepada para pengikutnya.

Dengan semangat kerasulannya serta keyakinan akan kebenaran Ilahi, gerakan dakwah Rasulullah saw semakin tersebar luas. Teman, sahabat, bahkan orang yang tidak dikenalnya, baik dari kalangan bangsawan terhormat maupun dari golongan hamba sahaya banyak yang mendengar dan memahami ajaran Islam, Rasulullah saw semakin tegas, lantang, dan berani, tetapi tetap komitmen terhadap tugas, fungsi dan wewenangnya sebagai Rasul utusan Allah swt.

Posting Komentar untuk "Strategi Dakwah Rasulullah saw Di Mekkah"