Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penjelasan Tentang Ahlu Sunnah Wal Jama'ah, Paham Dan Aqidah

Ahlu Sunnah Wal Jama'ah

Riwayat dan I'tiqad
Ahlu Sunnah Wal Jama'ah

Ahlu Sunnah Wal Jama'ah, juga dikenal dengan Sunny (Ahlu Sunnah) yang maknanya "Golongan penganut Sunnah nabi". Sedangkan wal Jama'ah maknanya "Kumpulan (orang-orang kebanyakan). Maka Ahlu Sunnah wal Jama'ah, makna lengkapnya adalah: "Suatu paham yang berpegang teguh kepada Sunnah Nabi, dan berpegang pada pendapat kebanyakan orang. (Maksudnya: "Baik pendapat para sahabat, Tabi'in, Salafus Shahih maupun para Ulama sesudahnya). 

Pelopor pertama paham Ahlu Sunnah wal Jama'ah ini adalah" Abu Hasan Al-Asy'ari. Beliau adalah seorang ulama besar di bidang Ushuluddin, dan beliau lah yang pertama kalinya merumuskan aqidah "Ahlu Sunnah wal Jama'ah", yang pada mulanya bertujuan menentang dan meluruskan paham kaum Mu'tazilah dan paham-paham lainnya, dimana ketika itu sedang terjadi krisis aqidah yang melanda umat islam di berbagai penjuru dunia. 
Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Irbad bin Sariyah, bahwasannya Nabi saw bersabda:

"... Dan sesungguhnya barangsiapa diantara kalian yang hidup (lama) setelahku, maka dia akan melihat banyak perselisihan (paham). Oleh sebab itu hendaklah kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk lagi cerdas, pegang teguhlah (Sunnah) itu, dan gigitlah gerahammu... (HR: Abu Daud dan At-Tirmdzi). 

Abu Hasan Al-Asy'ari, pada mulanya adalah seorang penganut paham Al-Mu'tazilah, karena ia belajar pada bapak tirinya "Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab Al-Jabai. (Wafat. 303 H) Seorang Ulama Mu'tazilah.

Dikemudian beliau menyadari, bahwa ajaran Al-Mu'tazilah ini banyak yang menyimpang dan bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah Rasul serta ajaran para Sahabat Nabi saw, akhirnya ia keluar dari paham Mu'tazilah dan bertaubat kepada Allah swt

Selanjutnya ia bertekad untuk meruntuhkan dan meluruskan paham sesat ini, lalu dikumpulkannya Ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadist-hadist nabi saw maupun Anshar (ucapan) para Sahabat yang berkaitan dengan aqidah, kemudian dirumuskannya menjadi Ilmu Tauhid yang landaskan kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul, serta pendapat kebanyakan dari para Sahabat, yang disebut dengan: "Ahlu Sunnah Wal Jama'ah".

I'tiqad (Keyakinan) 
Kaum Ahlu Sunnah wal Jama'ah:
Adapun I'tiqad Ahlu Sunnah wal Jama'ah, adalah meliputi 3 perkara, yaitu tentang:
  1. Prinsip dasar AGAMA. 
  2. Prinsip dasar IMAN. 
  3. Prinsip IKHSAN. 
Prinsip dasar Agama:

Bagi orang-orang yang berpaham Ahlu Sunnah wal Jama'ah, adalah Wajib mengi'tiqadkan (meyakini) sepenuh hati bahwasannya: "Agama yang diterima Allah swt (di sisinya) adalah agama Islam. 

Allah berfirman dalam (QS. Al-Imran ayat 19)

"Sesungguhnya agama yang diridhai Allah, hanyalah Islam.... (QS. Al-Imran ayat 19).

Dan juga firman Allah dalam (QS. Al-Imran ayat 85)

"Dan barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, niscaya tidak akan diterima daripadanya, dan di akhirat ia termasuk orang yang merugi. (QS. Al-Imran ayat 85).

Prinsip dasar Iman:

Kaum Ahlu Sunnah wal Jama'ah mengi'tiqadkan sepenuh hati, bahwasanya yang disebut dengan beriman itu ialah:

"Meyakini sepenuh hati, mengikrarkan dengan lidah, dan memperbuat dengan anggota badan. 

A. Beriman kepada Allah:
Wajib hukumnya mengi'tiqadkan (meyakini) sepenuh hati, bahwa:
  1. Tuhan itu ada. 
  2. Tuhan itu bernama Allah. 
  3. Tuhan itu mempunyai Dzat, sifat, dan Af'al (perbuatan) yang tidak sama dengan Dzat, sifat dan Af'al baharu (ciptaannya).
Tentang Dzat Allah:
Wajib mengi'tiqadkan sepenuh hati bahwasanya:
  1. Tidak ada Dzat yang serupa dengan Dzat Allah swt. 
  2. Dzat Allah adalah Qadhim, yang berdiri sendiri. 
  3. Dzat Allah bukanlah berupa jirm (benda) yang membutuhkan tempat menurut ukuran luasnya. 
  4. Dzat Allah bukanlah berupa jism (suasana tubuh) seperti: "Kepala dan tangan, serta kaki dan lainnya. 
  5. Dzat Allah bukanlah berupa aradh (sifat benda) yang berdiri pada sesuatu yang membutuhkan Dzat, seperti "Warna dan lainnya".
  6. Dzat Allah tidaklah berkaitan dengan jihat (arah yang 8): Diatas, bawah, depan, belakang, kiri, kanan, luar, dan dalam.
  7. Dzat Allah tidak berkaitan dengan masa (waktu), seperti: Masa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang.
  8. Dzat Allah tidaklah berkaitan dengan jarak, seperti: "Disana dan disini.
  9. Dzat Allah tidaklah berkaitan dengan gerak dan diam.
  10. Dzat Allah tidaklah berkaitan dengan bentuk, seperti: "Besar, kecil, kasar dan halus.
  11. Dzat Allah tidaklah berkaitan dengan bilang-bilangan.

Posting Komentar untuk "Penjelasan Tentang Ahlu Sunnah Wal Jama'ah, Paham Dan Aqidah"